Cerpen Kisah Seorang Prajurit



Kisah Seorang Prajurit - Cerita pendek berjudul Kisah Seorang Prajurit ini adalah cerita karya Tegar Abyan Zufar, siswa kelas VIII SMP IT Arraihan. Cerita ini ditulis saat Tegar masih duduk sebagai siswa kelas VII. Bercerita tentang seorang pemuda asal desa Portsmoarth, yang menjadi seorang prajurit. Kisah selanjutnya silakan disimak baik-baik.

Kisah Seorang Prajurit
Karya: Tegar Abyan Zufar

Namaku adalah Fiserf Silverhearth anak dari Weasel Silverhearth. Aku berumur 21 tahun. Aku tinggal di desa nelayan bernama Portsmoarth. Ayahku adalah seorang pendatang baru di Porthsmorth, tidak ada yang tau siapa dia sebelum menjadi seorang nelayan. Ibuku sudah meninggal disaat usiaku 5 tahun. Aku selalu bermimpi menjadi seorang prajurit tetapi tampaknya mimpi itu tidak akan terwujud karena Kerajaan Alwoard hanya menerima prajurit dari keluarga pelayan negara. 
     Sehari-hari aku membantu ayahku berlayar untuk mendapat ikan. Setiap hari semua selalu terasa sama. Bangun tidur, mandi, sarapan, menyiapkan perahu, berlayar, menangkap ikan, pulang, itulah yang kulakukan setiap hari. Di suatu pagi yang dingin di saat aku sedang menyiapkan perahu untuk berlayar ada seorang kurir tiba, kurir itu berasal dari Kerajaan Alwoard. Tidak biasanya kurir kerajaan datang ke desa kecil ini. Dia memberikan surat-surat kepada para pemuda-pemuda di desa ini, termasuk aku. Disaat aku membuka surat itu, aku mengenali simbol yang ada di surat itu, dan saat aku membacanya ternyata isi surat itu adalah keajaiban. 
     Isi surat itu adalah penerimaan pendaftaran prajurit baru untuk semua orang berumur 18-28 tahun. Ayahku memberbolehkan ku untuk menjadi prajurit. Satu minggu kemudian pendaftaran itu di tutup, aku dan para pemuda lainnya berangkat menuju Lion’s Arch, ibukota Alwoard. Di perjalanaan aku melihat pemandangan yang belum pernah kulihat sebelumnya. Gunung-gunung, salju, hutan lebat, dan lain-lain. Kami berhenti di Hoforst untuk membeli persediaan makanan. Di sana aku dihampiri oleh seorang peramal yang lalu berkata “Kau akan membawa kemenangan bagi negeri Alwoard, tetapi kemenangan tidak akan tercapai tanpa pengorbanan”. 
     Setelah semua siap kami lanjutkan perjalanan ke Lion’s Arch. Di saat perjalanan aku tertidur karena sangat lelah. Di saat aku terbangun aku terkejut karena kami sudah memasuki gerbang Lion’s Arch. Mereka memberi satu hari untuk semua prajurit baru untuk berkeliling dan istirahat. Aku berkeliling kota melihat betapa indah dan besarnya kota ini. Setelah berkeliling cukup lama aku pergi ke tempat bernama Sector 7, di sini adalah tempat beristirahat bagi semua prajurit baru. Keesokan harinya aku terbangun karena bunyi terompet, itu adalah tanda untuk bersiap di lapangan. 
     Aku bergegas memakai baju lalu menuju lapangan, di sana kami diberitahukan bahwa kami akan memlalui satu bulan latihan sebelum dikirim ke medan perang. Musuh kami adalah pasukan Zulu dari kerajaan Worwold. 
Kisah Seorang Prajurit
Cerpen Kisah Seorang Prajurit
     Satu bulan telah berlalu, kami bersiap untuk di kirim ke Ulberton. Ulberton adalah sebuah kota yang dulunya damai, sebelum pasukan Zulu menyerang. Sekarang Ulberton sudah di kuasai pasukan Zulu dan misi kami adalah untuk merebutnya kembali. Di saat aku tiba di Ulberton, pasukan Zulu tidak tahu kalau Ulberton akan direbut kembali. Kami menyerang dengan tiba-tiba. Peperangan itu berakhir dengan cepat. Tidak ada korban jiwa dari regu kami. 
     Setelah Ulberton, regu kami ditugaskan untuk merebut bebeberapa kota lain. Semakin lama semua semakin menjadi susah, setiap kota pasti ada lebih banyak pasukan Zulu daripada kota sebelumnya, tetapi semua itu bisa teratasi. Setelah lima tahun di medan perang, aku menjadi terbiasa dengan darah, mayat dan lain-lain. Tapi hal itu sebelum aku ditugaskan di Bukit Volfort. 
    Bukit Volfort itu adalah gerbang untuk menuju Kerajaan Worwold. Di sana tanah bewarna merah karena darah yang bertumpahan. Reguku di tugaskan untuk memanjat bukit itu dari sebuah tebing curam. Rencananya adalah, regu kami memanjat tebing itu, setelah sampai di atas, regu kami meyenyerang pasukan Zulu dengan kejutan. Semua berjalan lancar, tetapi setelah mengabiskan pasukan Zulu yang ada di atas bukit, kami menyadari bahwa bukit itu adalah jebakan. Setelah semua pasukan Zulu habis, tiba-tiba anak panah berjatuhan dari langit. Aku dan beberapa rekanku selamat karena memasuki sebuah lubang. Kami terjebak di lubang itu selama tiga hari, tanpa makanan, tanpa minuman. 
     Kami terlalu takut untuk pergi keluar lubang, kami selalu berfikir akan ada pemanah yang siap menembak kami dari luar lubang. Setelah terjebak dalam lubang selama empat hari, kami mengira bahwa pasukan zulu telah mengambil alih bukit kembali, kami mengira bahwa hidup kami akan berakhir. 
    Satu hal yang lucu adalah kenyataan bahwa aku dan anggota regu lainnya belum saling mengenal satu sama lain. Jadi kami memutuskan untuk saling berkenalan, mereka adalah Qudritch dari Heavenfort, Frosto dari Pegunungan Fassguard, dan Yobert dari Sungai Longway. 
    Di hari kelima kami merasakan getaran dari tanah, getaran itu adalah getaran dari hentakan kaki prajurit-prajurit yang sedang maju. Yang kami lakukan hanyalah pasrah dan menunggu kematian, tetapi keajaiban terjadi, prajurit-prajurit yang sedang maju adalah prajurit-prajurit Alwoard. Kami terselamatkan, tetapi perjuangan kami masih jauh dari berakhir. 
     Setelah tiga hari istirahat, kami dan semua prajurit yang tersisa ditugaskan untuk tugas terakhir, menyerang kerajaan Worwold. Disaat kami sampai di medan perang, semua berbeda dari sebelumnya. Ada ribuan prajurit dan ratusan ketapel yang sudah siap untuk menyerang. Sesaat sesudah ketapel menghancurkan tembok kerajaan Worlwold, kami masuk kedalamnya. Di dalamnya sudah ada banyak pasukan Zulu yang siap untuk membunuh. Semakin lama, semakin banyak korban berjatuhan, jalanan menjadi sungai darah. 
     Beberapa lama kami berhasil mendorong mereka ke kastil mereka. Quadritch merasa ada yang salah tetapi kami tidak menghiraukannya. Di saat kami merasa pasukan Zulu terpojok, tiba-tiba ada banyak pasukan Zulu lain datang dari belakang, kami terkepung. Kami melawan. Tetapi kami kalah jumlah, Frosto tertusuk pedang tepat di perutnya. 
    Di saat kami terkepung dan Frosto terluka parah, kami mengira bahwa ini adalah akhirnya, tetapi keajaiban datang lagi, pasukan Alwoard datang dan menolong kami. Setelah itu kami bersyukur karena itu bukan akhir dari kehidupan kami, tetapi sayangnya itu adalah akhir dari Frosto. Lukanya terlalu parah, dia tidak bisa bertahan. Kami tidak memiliki waktu untuk bersedih karena kami tahu bahwa akan ada lebih banyak pasukan Zulu datang. 
    Kami menaiki kastil itu dan menemukan raja mereka. Yobert yang penuh dendam berlari kearah Sang Raja, lalu tiba-tiba, ada seorang ksatria datang dari balik singsasna raja. Dengan pedangnya yang besar dia memenggal kepala Yobert dengan begitu saja. Sekarang yang tersisa hanya aku dan Quadritch, kami melawan sang ksatria. Pedangku tidak bisa menembus pelindung yang ksatria itu pakai, tetapi Quadritch memiliki pedang yang dibuat oleh Wolden, pembuat pedang terbaik di seluruh Alwoard. 
    Quadritch menusuk ksatria itu tepat di hati. Setelah ksatria itu mati kami menangkap sang raja dan menyerahkannya ke Kerajaan Alwoard. Akhirnya, setelah lima tahun, semua selesai. Aku dan Quadritch kembali ke Lion’s Arch untuk upacara penghormatan rekan-rekan kami yang mati di dalam peperangan, termasuk Frosto dan Yobert. Setelah upacara penghormatan kami berpisah, Quadritch ingin mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang pedagang, dan aku kembali pulang ke Porthsmoath. 
    Di saat aku pulang semua orang menyambutku dengan meriah, mereka memberiku ikan bakar khas Prortsmoath dan banyak makanan lain. Sepuluh tahun sudah berlalu, aku sudah menjadi seorang nelayan ternama, aku tidak akan melupakan mereka yang mati dalam peperangan, termsuk Frosto dan Yobert, pengorbanan mereka tidak lah sia-sia, tanpa mereka Alwoard tidak akan menjadi negri yang damai seperti sekarang.

Kisah Seorang Prajurit selesai.

Comments

Popular posts from this blog

Puisi Hari Ulang Tahun Guru

Contoh Teks Hasil Observasi

Puisi Alysa Astry Djayanti