Cerpen Secret Admirer


Cerpen Secret Admirer {Amanda Ramadhini} - Cerpen satu ini adalah cerpen yang ditulis oleh Amanda Ramadhini. Saat ini Amanda adalah siswa kelas tiga SMP IT Arraihan. Cerpen in iadalah fiksi. Dibuat pada kelas Bahasa Indonesia untuk memenuhi salah satu kompetensi dasar menulis cerita pendek.

Secret Admirer
Amanda Ramadhini

Ada seorang laki-laki bernama Farren. Dia sangat terkenal di kalangan para anak remaja seusianya. Dia bersekolah di sebuah sekolah swasta di Bandung. Sebagai siswa kelas tiga SMP, Farren terkenal sangat ramah, pintar dan berprestasi di sekolah, dan tentu saja, dia juga tampan dan banyak digemari anak perempuan. Termasuk Sasa. Setelah satu tahun terakhir selalu memerhatikan Farren, Sasa bahkan nekat mengirimkan sebuah surat tanpa nama untuk idolanya itu.

Cerpen Secret Admirer {Amanda Ramadhini}
Cerpen Secret Admirer {Amanda Ramadhini}
Untuk Kak Farren dari penggemar rahasiamu.

Hai, Kak! Bagaimana kabarnya?? Semoga saat baca surat ini, Kakak sedang semangat menyambut perlombaan futsal Sabtu depan. Aku akan mendukung olahraga apapun yang Kakak ikuti dan akan berusaha belajar masak lebih banyak jenis makanan. Soalnya, aku cuma bisa memberikan semangat lewat makanan yang kubuat. Omong-omong, nasi goreng terakhir, rasanya enak, tidak, Kak? Hehehe

Oh iya, bersama ini aku taruh sebuah kotak di halaman samping rumah Kakak. Semoga Kak Farren suka dengan isinya.

Farren kebingungan membaca isi surat itu. Selama ini tidak hanya satu dua surat yang dikirimkan padanya dengan berbagai macam teknik dan metode, tapi tidak ada satupun yang seperti ini. Tanpa nama. Saat laki-laki itu pergi ke halaman samping rumahnya, ia mendapati sebuah kotak yang tidak seberapa besar dan dihias begitu rapi. 

Farren membawa kotak itu ke kamarnya, ia penasaran dan tak sabar untuk membuka kotak tersebut. Sebuah jersey club Barcelona. Matanya yang bulat terbelalak senang. Dia sangat menyukai baju itu karena selama ini telah berusaha menabung untuk membelinya.Hanya saja tabungan tak kunjung cukup. Meskipun penasaran setengah mati, Farren sangat bersyukur karena mendapatkan jersey itu.

Sabtu pagi, di hari pertandingan futsal. Farren sangat semangat dan antusias. Ia dengan bangga mengenakan jersey barcelona pemberian penggemar rahasianya. 

Gadis itu ada di sana. Memandangi Farren dengan tatapan takjub bukan main. Ia bahkan membawa sebuah spanduk untuk menyemangati idolanya itu. Dan hatinya girang bukan kepalang ketika menyadari bahwa Farren, hari itu, menggunakan hadiah rahasia yang ia berikan beberapa hari lalu.

“Hai Kak, semangat ya lombanya,” sapa Sasa dari pinggir lapangan saat Farren bersiap bersama timnya.

“Iya, Dik, terima kasih ya semangatnya, semoga tim aku menang." jawab Farren ramah. Farren memang selalu ramah pada siapa saja, bahkan pada perempuan yang hanya ia ingat karena pernah ia tabrak di kantin dulu sekali, hari pertamanya di kelas tiga. Perempuan itu adalah siswi baru di kelas tujuh. Tentu saja, Farren tidak segan berterima kasih kepada siapapun yang memberinya semangat. 

Tapi tunggu dulu, Farren melihat ada yang berubah dengan perempuan itu. Kalau dulu di hari pertama sekolah perempuan itu terlihat gemuk dan berambut panjang, kini perempuan itu memotong pendek rambutnya dan terlihat jauh lebih kurus. Terlalu kurus bahkan.

"Kalau aku tidak salah ingat, kamu yang dulu pernah aku tabrak di kantin, bukan?” tanya Farren. Sasa mengangguk dengan wajah yang bersemu. Ia tidak menyangka bahwa laki-laki itu masih mengingatnya. "Maaf ya, waktu itu aku langsung pergi begitu saja."

"Iya, tidak masalah, Kak,” kali ini wajah Sasa mulai terlihat pucat.

“Kalo boleh tau, rumah kamu dimana emang?,” sahut Farren.

“Di Jalan Teuku Umar, Kak,” ujar Sasa dengan muka senang, tapi debaran jantungnya yang saat itu semakin kencang membuat raut wajahnya semakin pucat.

"Dekat dengan rumahku, dong, ya," seloroh Farren. "Eh, omong-omong, wajah kamu pucat, sedang sakit, ya?"

Sasa hanya tersenyum, bingung harus menjawab pertanyaan Farren yang mana dulu. Kedua jawaban untuk pertanyaan Farren berlawanan, "Saya sehat, kok, Kak."

"Kalau aku menang, kamu mau  pulang sama-sama, tidak?” entah apa yang dipikirkan Farren saat itu, tapi melihat perempuan di hadapannya dengan seksama membuat Farren tidak bisa bertingkah dan berpikir normal seperti biasanya. 

“Semoga Kakak dan tim menang,” jawaban Sasa membuat Farren tersenyum lebar. Perempuan itu tidak menolak. 

Selama pertandingan, tim Farren dan tim lawan saling adu strategi, adu tenaga, dan adu balap skor. Sasa yang menonton dari pinggir lapangan terus meneriakkan nama Farren dan anggota tim lainnya dengan penuh semangat meski wajahnya semakin pucat dan tubuhnya terasa letih.

Pertandingan hari itu pun berakhir dengan kemenangan tim Farren dengan skor 2:1, selisih yang tipis sekali. Sasa dengan hati gembira menunggu Farren di parkiran kendaraan. Saat itu Farren yang berlumuran peluh terlihat sangat tampan. Berkali lipat lebih tampan dari Farren yang biasanya. 

Akhirnya mereka jalan bersama, Farren mengajak Sasa ke tempat kesukaanya yaitu disebuah taman yang indah dan sepi tempat dimana ia sering melepaskan kesedihannya jika sedang ada masalah. Lalu saat mereka bercanda ria, Sasa merasa tidak enak badan dan ingin segera pamit pulang duluan. Wajahnya semakin pucat hingga tiba-tiba setetes darah keluar dari hidungnya. Farren panik bukan main.

“Sasa? Kamu ingin kubawa ke rumah sakit?" tanya Farren gugup. Tapi belum sempat Sasa menjawab pertanyaan laki-laki itu, Sasa terkulai lemas di bangku taman. Taman indah nan permai tempat Farren selalu menghabiskan waktu di masa-masa ia bersedih. Taman, tempat pelarian Farren dari rasa kesepiannya.

Farren membawa Sasa ke rumah sakit dan berusaha menghubungi keluarga Sasas. Sampai di rumah sakit ia sangat sedih karena ia merasakan bahwa hal buruk akan terjadi. Ia menunggu Sasa di ruang tunggu hingga seorang suster datang mengantarkan sebuah surat kepada Farren, dan ternyata selembar surat itu berasal dari tas Sasa. Dalam suratnya, Sasa menjelaskan tentang keadaannya selama ini, ia menjelaskan bahwa selama ini ia yang menjadi pengagum rahasia laki-laki itu. Ia yang mengantarkan nasi goreng kesukaan Farren dan ia juga yang memberi baju jersey yang dipakai Farren untuk lomba futsal hari itu. Farren akhirnya tersadar dan meneteskan air mata. 

Laki-laki itu melompat ke dokter yang keluar dari ruangan Sasa berada, hingga akhirnya dokter berkata bahwa Sasa tidak bisa diselamatkan. Farren merasa seakan-akan ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang seolah telah lama menjadi miliknya. 

Ternyata Sasa telah memiliki penyakit kelainan jantung sejak lahir. Sasa tidak bisa terlalu bahagia ataupun terlalu sedih. Karena hal itu membuat jantung Sasa tidak siap dengan debar-debar dahsyat akibat keduanya dan jantung Sasa bisa saja berhenti bereaksi seperti yang terjadi saat ini padanya. Debar-debar bahagia yang Sasa rasakan mengakibatkan terhentinya garis hidupnya.

Farren meneteskan air mata. Ia terus membayang-bayangkan wajah Sasa yang baru saja kemarin bisa ia ajak berteman dan berbincang seperti seorang sahabat lama. Dan akhirnya, Farren mengikhlaskan Sasa yang telah pergi jauh ke alam sana.

Comments

Popular posts from this blog

Puisi Hari Ulang Tahun Guru

Contoh Teks Hasil Observasi

Puisi Alysa Astry Djayanti